Selasa, 23 November 2010

MERAIH TIKET KE SURGA


MERAIH TIKET KE SURGA
Oleh : M. Lutfi Khoirudin*
SEORANG MUKMIN yang hidupnya selalu diwarnai dengan ketaqwaan dan amal shaleh, maka cita-cita hidupnya yang tertinggi adalah memperoleh ridlo dari Allah SWT, baik ketika hidup di dunia maupun dalam kehidupan di akhirat kelak. Dan karena ridla-Nya pula ia akan dimasukkan ke dalam surge-Nya.
Dalam hal memperoleh tiket surge bagi orang-orang yang beriman, Rasulullah SAW telah memberikan motivasidan jaminan kepada umatnya, asalkan mereka mau menjaga dirinya dari enam (6) perkara. Hal ini seperti dalam sabda Rasullulah SAW :
“Jaminkanlah kepada kau pemeliharaan enam perkara dari dirimu sendiri, niscaya aku akan menjamin surge untukmu. Yaitu : 1. Berkata benarlah jika kamu berbicara, 2. Tepatilah jika kamu berjanji, 3. Tunaikanlah amanat jika kamu diamanati, 4. Peliharalah kemaluanmu (kehormatanmu), 5. Tundukkanlah pandangan matamu, dan 6. Tahanlah (kendalikanlah) tangan-tanganmu. (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Baihaqi).



Jika kita mencermati sabda Rasulullah SAW tersebut, maka enam perkara yang diminta oleh Rasul tersebut, supaya umatnya mau memelihara dengan baik, agar tiket surge kelak dapat diraihnya. Pada hakikatnya adalah merupakan masalah yang sangat prinsip dan mendasar, dan merupakan akhlakul karimah (akhlak yang mulia), yang apabila direalisasikan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka kehidupan di dunia inipun akan menjadi sangat kondusif, rukun dan damai, sejuk dan tentram.
Berkata Jujur
Berkata secara jujur memang merupakan anak kunci terwujudnya kehidupan yang kondusif dan terjamin dari adanya sikap hipokrit (kemunafikan) antara sesame umat manusia. Dengan kejujuran maka akan terbentuklah komunitas saling mempercayai, tidak ada rasa saling curiga atau sama lain. Dengan kejujuran maka akan lahirlah segala bentuk kebajikan dalam kehidupan umat manusia. Hal ini sebagaimana penegasan Rasulullah SAW dalam hadist : Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Bersabda Rasulullah SAW : Sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya seseorang yang berkata benar (jujur), maka ia akan dicatat disisi allah sebagai orang yang selalu benar. Sesungguhnya bohong itu menunjukkan kepada kecurangan. Dan sesungguhnya curiga itu menunjukkan (jalan) ke neraka. Dan sesungguhnya orang yang benar-benar bohong, maka ia akan dicatat disisi Allah sebagai orang yang pendusta. (HR. Bukhari-Muslim). Oleh karenanya, Rasulullah SAW mewasiatkan kepada umatnya, apabila ia akan lebih baik menjaga lisannya dengan diam.
Menepati janji dan menunaikan amanat
Menepati janji dan menunaikan amanat juga merupakan pilar yang paling mendasar yang perlu diperhatikan oleh umat manusia, agar dalam kehidupan mereka selalu diwarnai oelh sikap saling percaya, tidak saling culas-menculasi, tidak saling bermusuhan, akibat diantara mereka sering mengkhianati janji-janji yang dibuat dan mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadanya.
Padahal Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al-Maidah :1. Tentang perlu nya menepati janji. Ditegaskan dalam ayat tersebut sebagai berikut :”Hai orang-orang yang beriman, tepatilah olehmu janji-janji itu”. (Qs. Al-Maidah:1). Sedangkan tentang pentingnya menunaikan amanat, baik amanat kepada Allah maupun kepada manusia, dijelaskan dalam (QS. An-Nisa’:58): “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hokum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah member pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mndengar lagi maha melihat. (Qs. An-Nisa’:58).
Menjaga kehormatan dan Menundukkan Matanya
Kemudian Rasulullah SAW juga menasehatkan kepada umatnya agar mereka menjaga kehormatannya dan menundukkan matanya. Dalam pandangan Islam, martabat umat manusia sangat tergantung kemampuan dirinya dalam menjaga kehormatannya. Apabila umat manusia dalam pergaulan sehari-hari, mampu menjaga dan menjunjunng tinggi nilai-nilai kehirmatan, nilai moral dan etika, maka akan selamatlah mereka dari malapetaka dan fitnah yang menimpa dirinya. Tetapi sebaliknya, apabila umat manusia dalam hidupnya lemah dalam menjaga kehormatan dirinya, maka ia akan mudah tergoda oleh bujukan-bujukan syetan, ia mudah mengikuti bisikan dari suara hati dan hawa nafsu yang sesat, sehingga mereka akan mudah terjerumus dalam lembah kehinaan. Tidak sedikit pada saat ini, karena seseorang tidak mampu menjaga kehormatannya, maka martabat dirinya menjadi hancur, dan nama baiknya serta nama baik keluarganya menjadi tercoreng, hanya karena ia suka menuruti bisikan hawa nafsu yang sesat. Ia melakukan perselingkuhan dimana-mana, melakukan perzinaan dengan berganti-ganti pasangan,dll. Akibat dari perbuatan ini, maka akan merajalela penyakit AIDS dan virus HIV dimana-mana. Paahal Allah SWT telah mengingatkan dalam firman-Nya Qs. Al-Isra’, ayat 32 : ”Dan janganlah kamu mendekati zina,sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk. (Qs. Al-Isra’ :32).
Demikian juga dalam menjaga pandangan mata, Rasulullah SAW selalu berpesan : Jagalah pandangan matamu, niscaya kamu akan selamat. Suatu nasehat yang sangat singkat tetapi mengandung nilai-nilai pesan moral yang sangat tinggi.
Maka hakikatnya maerupakan sumber dari gerak hati dan niat untuk melakukan suatu perbuatan dalam diri umat manusia. Maka tatkala mata dibiarkan memandang sesuatu secara liar, tidak dikendalikan oleh kendali iman, maka yang terjadi adalah timbulnya perbuatan-perbuatan yang merusak tatanan hidup umat manusia.
Adapun nasehat Rasulullah SAW yang terakhir adalah agar kita mengendalikan tangan atau kekuasaan yang ada di tangan kita dengan kendali iman dan ajaran Allah SWT. Mengapa harus demikian, karena tangan atau kekuasaan yang tidak dikendalikan oleh iman dan ajaran Aallah SWT, maka akan sangat berbahaya dalam kehidupan seorang umat manusia. Banyaknya peristiwa perampokan, penodongan, dan perampasan hak milik orang lain adalah dari sebab factor tidak dikendalikannya tangan dengan nilai-nilai iman dan ajaran Allah SWT.
Demikian juga banyaknya kasus korupsi, manipulasi dan penyelewengan uang Negara, serta penindasan dan penzaliman rakyat yang lemah adalah karena akibat kekuasaan yang tidak disinari oleh nur ilahi atau cahaya ajaran Islam. Karenanya mengendalikan tangan dan kekuasaan mutlak dibutuhkan, demi mewujudkan suatu kehidupan yang sejahtera dalam komunitas masyarakat manusia.
Rasulullah SAW pernah berpesan : Yang dikatakan orang musilm yang baik adalah orang yang sanggup menjaga lisannya dan tangannya, sehingga orang lain selamat dari gangguan dari gangguan tangan dan lisannya itu. (HR. Muslim).
Bertaubat
Tidak ada manusia yang tidak punya dosa dan kesalahan di dunia ini, kecuali Baginda Rasulullah SAW yang ma’shum dan bebas dari segala macam dosa. Marilah! Saya mengajak diri saya sendiri khususnya, dan umat muslim pada umumnya, untuk bertaubat dari dosa dan kesalahan semampang kita masih diberi umur oleh yang maha pencipta. Kalau kita sungguh-sungguh, insyaallah dosa dan kesalahan kita akan diampuni oleh-Nya dan kita memasuki surga-Nya yang di dalamnya penuh dengan kenikmatan dan kegembiraan.
Demikian nasehat yang indah dari Rasulullah SAW untuk umat manusia, bagi mereka yang menghendaki kehidupan harmonis, serta kelak di akhirat dijamin memperoleh tiket ke surge. Semoga kita bias mengambil hikmah dan pelajaran dari nasehat beliau ini. Wallahu A’lam Bisshowab.
*Penulis adalah mahasiswa jurusan Pendidikan agama Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang dan kolumnis pemula di berbagai media.
RTJ (Rubrik Tanya Jawab)
Pertanyaan :
Apakah peringatan wafat (haul) itu termasuk mengikuti Sunnah Rasul dan Khularfaur Rasyidin?
Jawab :
Peringatan wafat (haul)
mengandung tiga hal : (1) Mengadakan ziarah kubur dan tahlil, (2)Mengadakan hidangan makanan dengan niat sedekah dari almarhum, (3)Mengadakan bacaan/khataman al-Qur’an dan nasehat agama. Kadang-kadang diadakan penerangan tentang sejarah orang yang diperingati, untuk dijadikan suri tauladan. Sedangkan meratapi orang yang meninggal disertai tangisan diharamkan sebagaimana yang disebutkan dalam kitab al-adzkar dan al-Majmu’. Dikarenakan hal ini berarti tidak rela dengan takdir Allah SWT. Kecuali jika dibacakan manaqib (biografi dan sejarah hidup) orang alim dan shaleh untuk mendorong agar mengikuti kebaikannya, Oleh karenanya sebagian besar dari kalangan sahabat serta para ulama senantiasa melakukannya sepanjang masa tanpa ada yang mengingkari. Wallahua’lam bishshowab.
Al-Huda  (5XX)

Tidak ada komentar: